saraswati
Pada tanggal 2 mei 2015 tepatnya pada hari saniscara umanis watugunung (saraswati). Hari Raya Saraswati yaitu hari Pawedalan
Sang Hyang Aji Saraswati, jatuh pada tiap-
tiap hari Saniscara Umanis wuku Watugunung.
Pada hari itu kita umat Hindu merayakan hari
yang penting itu. Terutama para pamong dan
siswa-siswa khususnya, serta pengabdi-
pengabdi ilmu pengetahuan pada umumnya.
Dalam legenda digambarkan bahwa Saraswati
adalah Dewi/ lstri Brahma. Saraswati adalah
Dewi pelindung/ pelimpah pengetahuan,
kesadaran (widya), dan sastra. Berkat
anugerah dewi Saraswati, kita menjadi
manusia yang beradab dan berkebudayaan.
Beliau disimbolkan sebagai seorang dewi
yang duduk diatas teratai dengan
berwahanakan se-ekor angsa (Hamsa) atau
seekor merak, berlengan empat dengan
membawa sitar/veena dan ganatri di kedua
tangan kanan, tangan kiri membawa pustaka/
kitab dan tangan kiri satunya ikut memainkan
gitar membawa sitar/veena dan ganatri di
kedua tangan kanan, tangan kin membawa
pustaka/kitab dan tangan kiri satunya ikut
memainkan veena atau bermudra memberkahi.
Makna dan simbol-simbol ini adalah:
1. Berkulit putih, bermakna: sebagai dasar
ilmu pengetahuan (vidya) yang putih, bersih
dan suci.
2. Kitab/pustaka ditangan kiri, bermakna:
Semua bentuk ilmu dan sains yang bersifat
se-kular. Tetapi walaupun vidya (ilmu
pengetahuan spiritual) dapat mengarahkan
kita ke moksha, namun avidya (ilmu
pengetahuan sekular jangan diabaikan dulu).
Seperti yang dijelaskan Isavasya-Upanishad:
“Kita melampaui kelaparan dan da-haga
melalui avidya, kemudian baru melalui vidya
meniti dan mencapai moksha.”
3. Veena, bermakna : seni, musik, budaya dan
suara AUM. Juga merupakan simbol
keharmonisan pikiran, budhi, kehidupan
dengan alam lingkungan.
4. Akshamala/ganatri/tasbih di tangan kanan,
bermakna: Ilmu pengetahuan spiritual itu
lebih berarti daripada berbagai sains yang
bersifat secular (ditangan kiri). Akan tetapi
bagaimanapun pentingnya kitab-kitab dan
ajaran berbagai ilmu pengetahuan, namun
tanpa penghayatan dan bakti yang tulus,
maka semua ajaran ini akan mubazir atau
sia-sia.
5. Wajah cantik jelita dan kemerah-merahan,
bermakna: Simbol kebodohan dan kemewahan
duniawi yang sangat memukau namun menye-
satkan (avidya).
6. Angsa (Hamsa), melambangkan: Bisa me-
nyaring air dan memisahkan mana kotoran
dan mana yang bisa dimakan, mana yang
baik mana yang buruk, walaupun berada di
dalam air yang kotor dan keruh maupun
Lumpur, (simbol vidya).
7. Merak , bermakna: berbulu indah, cantik
dan cemerlang biarpun habitatnya di hutan.
Dan ber-sama dengan angsa bermakna
sebagai wahana (alat, perangkat, penyampai
pesan-pesan-Nya).
8. Bunga Teratai/Lotus, bermakna: bisa
tumbuh dengan subur dan menghasilkan
bunga yang in-dah walaupun hidupnya di atas
air yang kotor.
Upacara pada hari Saraswati, pustaka-
pustaka, lontar-lontar, buku-buku dan alat-
alat tulis menulis yang mengandung ajaran
atau berguna untuk ajaran-ajaran agama,
kesusilaan dan sebagainya, dibersihkan,
dikumpulkan dan diatur pada suatu tempat, di
pura, di pemerajan atau di dalam bilik untuk
diupacarai
Widhi widhana (bebanten = sesajen) terdiri
dari peras daksina, bebanten dan sesayut
Saraswati, rayunan putih kuning serta canang-
canang, pasepan, tepung tawar, bunga,
sesangku (samba = gelas), air suci bersih dan
bija (beras) kuning.
Pemujaan / permohonan Tirtha Saraswati
dilakukan mempergunakan bahan-bahan: air,
bija, menyan astanggi dan bunga.
Ambil setangkai bunga, pujakan mantra: Om,
puspa danta ya namah.
Sesudahnya dimasukkan kedalam sangku.
Ambil menyan astanggi, dengan mantram
“Om, agnir, jyotir, Om, dupam samar payami“.
Kemudian masukkan ke dalam pedupaan
(pasepan).
Ambil beras kuning dengan mantram : “Om,
kung kumara wijaya Om phat“.
Masukkan kedalam sesangku.
Setangkai bunga dipegang, memusti dengan
anggaranasika, dengan mantram:
Mantra Artinya
Om, Saraswati namostu bhyam Warade kama
rupini Siddha rastu karaksami Siddhi
bhawantu sadam.
Om, Dewi Saraswati yang mulia dan maha
indah,cantik dan maha mulia. Semoga kami
dilindungi dengan sesempurna-sempurnanya.
Semoga kami selalu dilimpahi kekuatan.
Om, Pranamya sarwa dewanca
para matma nama wanca.
rupa siddhi myaham.
Om, kami selalu bersedia menerima restuMu
ya para Dewa dan Hyang Widhi, yang
mempunyai tangan kuat. Saraswati yang
berbadan suci mulia.
Om Padma patra wimalaksi
padma kesala warni
nityam nama Saraswat.
Om, teratai yang tak ternoda, Padma yang
indah bercahaya. Dewi yang selalu indah
bercahaya, kami selalu menjungjungMu
Saraswati.
Sesudahnya bunga itu dimasukkan kedalam
sangku. Sekian mantram permohonan tirta
Saraswati.
Kalau dengan mantram itu belum mungkin,
maka dengan bahasa sendiripun tirta itu
dapat dimohon, terutama dengan tujuan
mohon kekuatan dan kebijaksanaan,
kemampuan intelek, intuisi dan lain-lainnya.
Setangkai bunga diambil untuk memercikkan
tirtha ke pustaka-pustaka dan banten-banten
sebanyak 5 kali masing-masing dengan
mantram:
Om, Saraswati sweta warna ya namah.
Om, Saraswati nila warna ya namah.
Om, Saraswati pita warna ya namah.
Om, Saraswati rakta warna ya namah.
Om, Saraswati wisma warna ya namah.
Kemudain dilakukan penghaturan (ngayaban)
banten-banten kehadapan Sang Hyang Aji
Saraswati
Selanjutnya melakukan persembahyangan 3
kali ditujukan ke hadapan :
Sang Hyang Widhi (dalam maniftestasinya
sebagai Çiwa Raditya).
Sang Hyang Widhi (dalam manifestasinya
sebagai Tri Purusa)
Dewi Saraswati.
Ucapkan mantra berikut:
Mantramnya Artinya
Om, adityo sya parajyote rakte tejo namastute
sweta pangkaja madyaste Baskara ya namo
namah.
Om, rang ring sah Parama Çiwa Dityo ya
nama swaha.
Om, Tuhan Hyang Surya maha bersinar-sinar
merah yang utama. Putih Iaksana tunjung di
tengah air, Çiwa Raditya yang mulia.
Om, Tuhan yang pada awal, tengah dan akhir
selalu dipuja.
Om, Pancaksaram maha tirtham, Papakoti
saha sranam Agadam bhawa sagare. Om,
nama Çiwaya.
Om, Pancaksara Iaksana tirtha yang suci.
Jernih pelebur mala, beribu mala manusia
olehnya. Hanyut olehnya ke laut lepas.
Om, Saraswati namostu bhyam,
Warade kama rupini,
Siddha rastu karaksami,
Siddhi bhawantume sadam.
Om Saraswati yang mulia indah, cantik dan
maha mulia, semoga kami dilindungi
sesempurna-sempurnanya, semoga selalu
kami dilimpahi kekuatan.
Sesudah sembahyang dilakukan metirtha
dengan cara-cara dan mantram-mantram
sebagai berikut :
Meketis3 kali dengan mantram:
Om, Budha maha pawitra ya namah.
Om, Dharma maha tirtha ya namah.
Om, Sangga maha toya ya namah.
Minum 3 kali dengan mantram:
Om, Brahma pawaka.
Om, Wisnu mrtta.
Om, Içwara Jnana.
Meraup3 kali dengan mantram :
Om, Çiwa sampurna ya namah.
Om, Çiwa paripurna ya namah.
Om, Parama Çiwa suksma ya namah.
Terakhir melabahan Saraswati yaitu makan
surudan Saraswati sekedarnya, dengan tujuan
memohan agar diresapi oleh wiguna
Saraswati
MAKNA PEMUJAAN KEPADA DEWI
SARASWATI.
Pada masyarakat awam bertanya apa maksud
menyembah dewa-dewa atau dewi-dewi
melalui simbol-simbol atau patung, gambar
dan sebagai-nya? Padahal Tuhan hanya satu,
kenapa ada ba-nyak dewa atau dewi?
Dewa berasal dari kata”div” yaitu sinar/pan-
caran. Pengertiannya adalah bahwa Tuhan itu
adalah satu, tapi mempunyai aspek-aspek de-
ngan pancaran sinar-Nya (Nur Illahi) yang
bermacam-macam sesuai dengan fungsinya.
ang bermacam-macam sesuai dengan
fungsinya. Pada saat menciptakan disebut
Brahma, saat memelihara disebut Wishnu, dan
saat pendaurulang disebut Shiwa, dan
sebagainya. Tapi sebenarnya Brahma, Wishnu,
Shiva adalah satu (Trimurti).
Paradewa ini mempunyai pendamping (Shak-
ti), yaitu: Brahma shakti-Nya Saraswati,
Wishnu shakti-Nya Lakshmi dan Shiwa shakti-
Nya Parvati (Durga). Disini Dewi Saraswati
sebagai aspek Tuhan Yang Maha Esa pada
saat menganugrah-kan/munurunkan ilmu
pengetahuan (vidya), ke-cerdasan, ucapan,
musik, budaya dan seba-gainya. Demikian
pula dijabarkan dalam konsep Gayatri yang
terdiri dari tiga aspek, yaitu: Saras-wati
menguasai ucapan/tutur kata, Gayatri me-
nguasai intelek/budhi dan savitri yang
menguasai prana/nafas.
Jadi makna pemujaan Dewi Saraswati adalah
memuja dan bersyukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa dengan memfokuskan pada aspek
Dewi Sa-raswati (simbol vidya) atas karunia
ilmu penge-tahuan yang di karuniakan kepada
kita semua, sehingga akan terbebas dan
avidyam (kebodoh-an), agar dibimbing
menuju ke kedamaian yang abadi dan
pencerahan sempurna.
Setelah Saraswati puja selesai, biasanya
dilakukan mesarnbang semadhi, yaitu
semadhi ditempat yang suci di malam hari
atau melakukan pembacaan lontar-lontar
semalam suntuk dengan tujuan menernukan
pencerahan Ida Hyang Saraswati
Puja astawa yang disiapkan ialah : Sesayut
yoga sidhi beralas taledan dan alasnya daun
sokasi berupa nasi putih daging guling, itik,
raka-raka sampian kernbang payasan. Sesayut
ini dihaturkan di atas tempat tidur,
dipersembahkan ke hadapan Ida Sang Hyang
Aji Saraswati.
Keesokan harinya dilaksanakan Banyu
Pinaruh, yakni asuci laksana dipagi buta
berkeramas dengan air kumkuman. Ke
hadapan Hyang Saraswati dihaturkan ajuman
kuning dan tamba inum. Tamba inum ini
terdiri dari air cendana, beras putih dan
bawang lalu diminum, sesudahnya bersantap
nasi kuning garam, telur, disertai dengan puja
mantram:
Om, Ang Çarira sampurna ya namah swaha.
Semua ini mengandung maksud, mengambil
air yang berkhasiat pengetahuan.
MAKNA DARI PERAYAAN DEWI SARASWATI.
Dari perayaan ini kita dapat mengambil hik-
mahnya, antara lain:
1. Kita harus bersyukur kepada Hyang Widhi
atas kemurahan-Nya yang telah
menganugrahkan vidya (ilmu pengetahuan)
dan kecerdasan kepada kita semua.
2. Dengan vidya kita harus terbebas dari
avidya (kebodohan) dan menuju ke
pencerahan, kebe-naran sejati (sat) dan
kebahagiaan abadi.
3. Selama ini secara spiritual kita masih
tertidur lelap dan diselimuti oleh sang maya
(ketidak-benaran) dan avidyam (kebodohan).
Dengan vidya ini mari kita berusaha untuk
melek/eling/bangun dan tidur kita, hilangkan
selimut maya, sadarilah bahwa kita adalah
atma, dan akhirnya tercapailah nirwana.
4. Kita belajar dan angsa untuk menjadi orang
yang lebih bijaksana. Angsa bisa menyaring
air, memisahkan makanan dan kotoran
walaupun di air yang keruh/kotor atau
lumpur. Juga jadilah orang baik, seperti buruk
merak yang berbulu cantik, indah dan
cemerlang walaupun hidupnya di hutan.
5. Kita masih memerlukan/mempelajari ilmu
pengetahuan dan sains yang sekuler, tetapi
harus diimbangi dengan ilmu spiritual dengan
peng-hayatan dan bakti yang tulus.
6.Laksanakan Puja/sembahyang sesuai de-
ngan kepercayaannya masing-masing secara
sederhana dengan bakti yang tulus/ihlas, bisa
dirumah, kuil, atau pura dan lain-lain.

Sumber : pmhdwarmadewa.wordpress.com